Bisakah MOOC Menjadi Alternatif Peningkatan Literasi Kebencanaan?

Bisakah MOOC Menjadi Alternatif Peningkatan Literasi Kebencanaan?

Sebagian kita mungkin pernah mendengar EdX, Udemy, atau Coursera, di Indonesia sendiri kita punya yaitu Udemy dan IndonesiaX. Semua nama tersebut merupakan Massive Open Online Course atau disingkat dengan MOOC. MOOC merupakan suatu model pembelajaran secara online, terbuka bagi siapapun yang ingin belajar, hanya cukup dengan log in dan kita dapat langsung menikmati pembelajaran yang dibutuhkan dengan banyak pilihan dan diberikan oleh akademisi atau narasumber yang menguasai bidangnya.

MOOC pertama kali dikembangkan oleh Peter Norvig dan Sebastian Thrun dari Universitas Stanford pada tahun 2008, dimana mereka memberikan kursus online pertama secara masif kepada 160.000 orang mahasiswa. Dalam perjalanannya, perkembangan MOOC tidak terlalu masif namun dengan adanya Pandemi Covid-19 MOOC menjadi salah satu bentuk pembelajaran yang giat dilakukan, terlihat dari hasil penelitian terhadap salah satu MOOC Coursera tahun 2020, mereka telah menambah 2.800 jenis kursus. Pengguna MOOC mereka mengalami kenaikan signifikan, yaitu sebanyak 60 juta pembelajar baru, seperti yang dilansir situs The Report, Class Central. MOOC dikembangkan oleh universitas, lembaga-lembaga pihak ketiga yang bekerja sama dengan akademisi, serta juga Lembaga pemerintah seperti MOOC Kementerian Keuangan.

Dikutip dari Harvard Business Review3, MOOC memberikan dampak kepada karier sebanyak 72% dan pendidikan sebanyak 61%. Pada negara berkembang MOOC memberikan manfaat terutama bagi orang-orang ekonomi menengah kebawah yang memiliki pendidikan rendah. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa tidak sedikit dari peserta MOOC yang tidak melanjutkan kursusnya sampai selesai. Terlepas dari hal tersebut, melihat kondisi saat ini MOOC bisa menjadi salah satu alternatif pembelajaran bagi siapa saja yang memiliki komitmen untuk berkembang.

Apa itu MOOC?

Secara umum MOOC merupakan bentuk pembelajaran mandiri berbasis daring dalam bentuk pelatihan atau kursus yang bisa diikuti siapa saja dan kapan saja 1. Karakteristik MOOC menggunakan format web sehingga pembelajarannya bersifat kolektif baik individu dan instrumennya. Selain itu, MOOC juga dapat berfungsi sebagai alat menilai pengetahuan seseorang. Proses pembelajaran pada MOOC lebih mengedepankan kemandirian dan komitmen individu yang mengikutinya. Topik yang ditawarkan biasanya beragam dan tidak ada batasan bagi siapa pun yang mengikuti.

Berdasarkan beberapa referensi MOOC memiliki kelebihan-kelebihan, diantaranya menawarkan berbagai materi yang mungkin tidak didapat dari kampus atau tempat kerja. Materi yang diberikan pun berasal dari profesor universitas atau pakar yang ahli dibidangnya. Dalam pelaksanaannya MOOC dapat diikuti secara gratis oleh siapa saja, dengan jumlah tak terbatas dan tidak membutuhkan syarat khusus sehingga menguntungkan orang-orang yang sulit memiliki waktu dan ruang; serta orang-orang dengan kendala finansial. MOOC juga dapat meningkatkan fungsi berbagi pengetahuan antar peserta dari beragam latar belakang. Ada yang mengatakan bahwa MOOC membuka kotak pandora Pengetahuan bagi siapa saja.

Bagi pemateri atau pengajarnya, pembelajaran MOOC membuat mereka tidak perlu memberikan materi yang sama berulang kali. Di universitas, para pengajar bisa fokus pada pertanyaan, diskusi dan mahasiswanya. Bagi Lembaga, keberadaan MOOC akan memberikan penghematan dalam anggaran untuk pembelajaran dengan topik yang sama.

Disisi lain, tentu saja MOOC juga memiliki kelemahan, karena sifatnya yang masif dan bisa dilakukan kapan saja, maka tingkat keberhasilan menyelesaikan kursus ditentukan oleh individu. Diketahui bahwa  tingkat menyelesaikan pelatihan MOOC, yaitu hanya 15%. Ini terjadi karena peserta merasa tidak punya kewajiban atau merasa tidak rugi jika tidak melanjutkan pelatihan atau kursus yang mereka ambil, mereka tidak mengeluarkan biaya ataupun tidak mendapatkan penalti jika tidak menyelesaikannya. Ditambah lagi, peserta bisa kurang termotivasi menyelesaikan kursus karena kurang adanya dorongan dari lingkungan sekitar, sekolah atau tempat kerja untuk menyelesaikan pelatihan. Jadi diperlukan disiplin dari pesertanya agar bisa belajar mandiri dengan penuh motivasi dan komitmen. Instansi juga perlu mensosialisasikan MOOC dan mengakomodir pegawainya yang mau mengembangkan diri agar termotivasi untuk menyelesaikan. Selanjutnya, peserta juga tidak akan mendapatkan perhatian khusus jika mereka tidak paham topik kursus, karena pemateri tidak memberikan waktu khusus berdiskusi, mengingat konsep MOOC sebagai pembelajaran mandiri.

Oleh karenanya, saat ini mulai dikembangkan MOOC dengan mengedepankan penggunaan teknologi, gamification, dan sosial learning guna mengurangi kelemahan yang dimilikinya.

Kebutuhan Literasi Kebencanaan

Indonesia adalah negara yang memiliki beragam bencana, mulai dari bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus hingga bencana  hidrometeorologi seperti banjir, kebakaran hutan, kekeringan, tanah longsor, angin puting beliung, dll. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 70 persen bencana yang ada di Indonesia disebabkan oleh bencana hidrometeorologi.

Menindaklanjuti hal tersebut, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memberikan informasi dan peringatan kepada masyarakat terkait sebagian bencana tersebut merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Pada tahun 2021, Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati meminta jajaran BMKG, yang dikoordinir oleh Pusdiklat BMKG untuk menjalankan program literasi kebencanaan bagi masyarakat Indonesia secara berkala.

Rencananya akan terdapat beberapa program edukasi dan literasi bencana yaitu seminar daring, pelatihan, jambore, pameran dan bentuk edukasi lainnya. Sebagian kegiatan sudah dijalankan pada tahun 2021.

Melihat betapa luas target yang ingin dicapai, dan dengan terbatasnya sumber daya yang ada maka keberadaan MOOC mungkin bisa menjadi salah satu alternatif solusi peningkatan literasi kebencanaan bagi masyarakat.

Mengembangkan MOOC untuk Literasi kebencanaan

Menjalankan MOOC melibatkan 3 pengguna, yaitu institusi, narasumber/pengajar, dan peserta. Institusi berfungsi sebagai pengelola pelatihan, menentukan garis besar pembelajaran, waktu, pengajar dan pembuatan materi. Sedangkan narasumber/pengajar bertanggung jawab dalam persiapan materi, bahan diskusi, tugas (jika diperlukan), menjawab pertanyaan pada forum diskusi, sesuai dengan outline atau kurikulum pembelajaran yang telah disusun. Peserta, merupakan pengguna yang diharapkan dapat aktif dan memiliki komitmen mengikuti sampai akhir pelatihan.

Pengembangan MOOC dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pelatihan yang terbuka secara masif dengan mengedepankan pembelajaran sosial, yaitu proses pembelajarannya lebih menekankan berbagi pengetahuan antar peserta peserta, mereka saling terhubung dan bertindak sebagai murid dan guru. Pendekatan kedua, yaitu pembelajaran bergantung pada konten pelatihan yang telah ditentukan sebelumnya dengan evaluasi bersifat otomatis. Peserta dapat mengikuti secara mandiri dan linier setiap konten yang ada dalam pelatihan. Tidak terjadi proses feedback dari pengajar, namun antar peserta masih bisa memberikan tanggapan dan komentar di forum yang disediakan. Pendekatan MOOC ini bisa dilakukan tergantung dari kebutuhan, bisa juga digabungkan jika dirasa akan memberikan efektivitas yang lebih tinggi.

Agar MOOC yang dirancang dapat menarik dan mampu memberikan pengetahuan kepada individu yang mengikutinya, beberapa hal yang dapat menjadi perhatian, yaitu:

  1. Pastikan bahwa Anda sudah tahu konten apa yang akan dibuat.

Biasanya dalam pelatihan Anda membuat struktur pelatihan atau kurikulum, begitu juga dengan MOOC harus dibuat juga kurikulumnya. Perlu mempertimbangkan dan mengembangkan struktur setiap bab dan konsep utamanya, serta menentukan informasi apa yang perlu disampaikan, kapan dan dalam konteks apa.

Konten untuk jenis MOOC pengguna dapat berbeda dan tidak harus disajikan dengan cara yang sama. Misalnya terkait durasi waktu, MOOC mahasiswa universitas berlangsung antara 6 dan 8 minggu dan membutuhkan 2 hingga 3 jam per minggu. Sedangkan, untuk MOOC pelatihan di kantor formatnya bisa lebih pendek dengan durasi  30 menit hingga 1 jam selama 2 hingga 4 minggu. Bahan pembelajarannya (video, bahan bacaan, dll) pun dapat berlangsung lebih singkat antara 15 dan 30 menit.

  1. Produksi konten yang menarik dan interaktif

Tahap produksi konten sangat penting. Setelah diputuskan pengetahuan dan keterampilan apa yang harus diperoleh, selanjutnya perlu ditentukan dalam bentuk apa konten akan disajikan. Beberapa bentuk konten saat ini yang bisa membuat MOOC menjadi lebih menarik dan mendorong keterlibatan peserta diantaranya Video. Video yang dibuat sendiri memiliki kesan bahwa kontennya up-to-date dan membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis. Untuk audien yang lebih besar, video dapat ditambah subtitle.

Jenis konten video pada MOOC beragam yaitu screencast, merupakan format menyampaikan materi yang berbentuk video rekaman layar, biasanya untuk menjelaskan materi sekaligus menampilkan langkah-langkah yang dilakukan pada layarnya. Video ini bagus digunakan untuk menerangkan penggunaan aplikasi. Video Talking head bisa digunakan saat perkenalan, penjelasan topik (jika diperlukan) dan saat penutupan, biasanya menampilkan narasumber/pengajarnya, dan bermanfaat memperkenalkan fasilitator pelatihan. Bentuk video lainnya bisa berupa video simulasi, animasi, dll.

Konten selanjutnya yaitu bahan bacaan dapat berupa slide atau artikel. Peserta dapat membuka sendiri slide atau artikel yang ditampilkan. Contohnya materi dalam format Prezi, ThingLink, canva, google doc, artikel bergaya Wikipedia, dll. Manfaat slide atau artikel dapat membantu peserta kursus untuk bisa lebih mudah menyerap materi yang dijelaskan karena bentuknya yang statis peserta dapat mempelajarinya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Dalam MOOC juga bisa menampilkan konten komentar atau forum, sebagai media peserta dalam mengutarakan pendapatnya/pemikiran dan dapat dikomentari oleh peserta lainnya.

Keberadaan konten ini dapat dikombinasikan, seperti konten video dikombinasikan dengan slide, agar lebih mudah menjelaskan materi, atau konten artikel dengan forum.

  1. Persiapan platform pembelajaran terintegrasi

Fase integrasi teknis, fase terakhir sebelum meluncurkan MOOC terdiri dari memformat konten pelatihan ke dalam platform. Banyak platform yang bisa digunakan, ada yang sudah disediakan oleh provider dan tinggal dimodifikasi seperti Moodle, atau platform yang dibangun sendiri sesuai kebutuhan.

Pastikan konten-konten pelatihan dapat terintegrasi dengan baik. Ada baiknya sebelum peluncuran lakukan simulasi terkait semuanya konten pembelajaran yang sudah diintegrasikan sehingga ketika digunakan semua sudah dapat berfungsi dengan baik.

  1. Komunikasi MOOC secara masif

Mengembangkan strategi komunikasi merupakan hal mendasar ketika ingin menghasilkan MOOC yang efektif. Komunikasi diperlukan sebelum MOOC diluncurkan, saat dilaksanakan dan setelah selesai. Sebelum peluncuran, Anda harus mengumumkan pendaftaran telah dibuka, membuat video teaser, dan memposting secara teratur di jejaring sosial. Strategi komunikasi ini harus dapat membangkitkan minat dan meningkatkan jumlah pendaftaran yang berbeda. Selama pelatihan, strategi komunikasi berguna agar mengurangi tingkat kegagalan peserta pelatihan dan juga menyoroti momen-momen penting dalam pelatihan (seperti meetup, hangout, guest lecture, dll). Setelah pelatihan selesai, bagus untuk mengkomunikasikan kisah sukses pelatihan, membuat kesaksian peserta, dan mempublikasikan statistik pelatihan, misalnya menggunakan infografis agar MOOC semakin banyak peminatnya. Komunikasi merupakan aspek yang kadang sering diabaikan padahal dapat membantu memperkuat keterlibatan dan komitmen.

  1. Lakukan evaluasi pasca pelaksanaan MOOC

Walaupun MOOC sifatnya terbuka dan mandiri, namun perlu ditinjau dan dianalisis hasilnya. Dengan mengandalkan indikator kinerja yang ditetapkan sebelum dimulainya program pelatihan, Anda dapat menentukan apakah MOOC berhasil atau tidak, memahami apa yang tidak berhasil dan meningkatkan aspek keberhasilan untuk proyek mendatang.

Indikator-indikator evaluasi diantaranya jumlah pendaftar, tingkat ketidakhadiran (terdaftar tetapi tidak pernah berpartisipasi), tingkat penyelesaian kursus, jumlah sertifikat yang diberikan, kualitas interaksi platform, dan sebagainya. Terserah masing-masing organisasi untuk menentukan kriteria keberhasilan MOOC mereka.

Evaluasi merupakan elemen penting untuk membuat keputusan terkait bukti betapa berharganya program MOOC, betapa pentingnya melanjutkan proyek dan menerima sumber daya tambahan.

Faktor kunci implementasi MOOC

Tentu saja ketika sudah mampu menciptakan pembelajaran berbasis MOOC, dalam perjalanannya tidak lepas dari tantangan. Setiap pembelajaran apapun bentuknya pasti akan ada tantangan. Beberapa faktor  kunci yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan MOOC menurut Ayyub, dkk. 2, yaitu:

  1. Lingkungan belajar mandiri

Sifat MOOC yang masif dan terbuka menempatkan kontrol pembelajaran tergantung dari pesertanya sendiri. Jika yang bersangkutan memang memerlukan pelatihan tersebut maka dia akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, tenang dan nyaman bagi dirinya. Peserta dapat menyesuaikan waktu dan fase belajarnya, sehingga mengurangi tekanan dalam belajar, yang mungkin diperoleh dalam pelatihan klasikal atau Online. Oleh karena itu, MOOC dalam semua variasinya dapat memberikan repertoar luas peluang belajar dengan pilihan studi yang dapat diakses, fleksibel, dan mandiri yang sesuai dengan pelajar yang beragam.

  1. Desain kursus/pelatihan yang User Friendly

Metode penyampaian yang berhasil akan membuat peserta didik terlibat dengan pelatihan yang diikuti. Bahan bacaan yang baik akan membantu peserta belajar lebih banyak dan dapat menerapkan pengetahuan. Selanjutnya, tugas dan materi pembelajaran harus mengakomodasi profil psikologis yang berbeda dari pembelajar. Peserta akan puas dengan platform MOOC yang sederhana dan jelas, konten mudah diakses dan aktivitas membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Semua isi pelatihan diatur dengan baik dengan banyak media untuk dilihat dan dibaca, melihat slide dan video yang interaktif yang diorganisir dengan baik. Perbanyak contoh-contoh yang terkait dengan materi. Salah satu institusi MOOC OpenLearning mengadopsi format Facebook di platform pembelajaran MOOC mereka, peserta dapat memberikan komentar untuk materi yang dipelajari.

  1. Petunjuk

Perlu menyediakan Tutorial dengan jelas dan efektif. Petunjuk yang jelas akan membuat peserta menjadi lebih termotivasi dan merasa lebih sedikit usahanya dalam menggunakan teknologi pembelajaran dalam MOOC.

  1. Kecepatan Internet

Kecepatan internet memainkan peran penting dalam MOOC. Kecepatan internet yang rendah akan mengalihkan perhatian peserta karena tidak dapat melihat video, gambar atau suara dengan jelas. Ketika peserta puas dengan lingkungan online, mereka akan termotivasi untuk belajar lebih banyak secara online dan menyenangkan.

MOOC Kebencanaan, What’s next!

Melihat perkembangannya maka, MOOC Kebencanaan layak untuk dikembangkan karena masih belum banyak MOOC terkait hal ini. Beragam kebencanaan jika dilihat dari aspek meteorologi, klimatologi, geofisika dan kualitas udara yang terdapat di BMKG, akan dapat menghasilkan cukup banyak ragam pelatihan MOOC. Setiap aspek bisa dibuat seri pelatihan yang mendalam. Motivasi peserta agar menyelesaikan sampai akhir pelatihan dapat diapresiasi dengan pemberian sertifikat, ini dapat bermanfaat bagi portofolio peserta dan juga angka kredit. Konten yang ditawarkan singkat, sederhana dan menarik. Menyediakan forum antar peserta untuk dapat saling memberikan feedback agar terjadi proses interaksi dalam pembelajaran.

Referensi

  1. Lis Setyowati. 2015. Mengenalkan Massive Open Online Courses (MOOCs) kepada Pustakawan. Media Pustakawan. Perpustakaan Nasional.
  2. Enna Ayub, Wei Wei Goh, Seng Yue Wong. 2018. Exploring Factors Affecting Learners’ Acceptance of MOOC Based on Kirkpatrick’s Model. Researchgate.net.
  3. Chen Zhenghao, Brandon Alcorn, Gayle Christensen, Nicholas Eriksson, Daphne Koller, and Ezekiel J. Emanuel. 2015. Who’s Benefiting from MOOCs, and Why. HBR.org
  4. https://elearningindustry.com/what-is-wrong-with-moocs-key-issues-to-consider-before-launching-your-first-mooc
  5. https://elearningindustry.com/creating-a-mooc-cooc-6-steps
  6. https://webcourseworks.com/how-to-make-your-own-mooc/

Nina Amelia Sasmita

Widyaiswara Ahli Madya
Pusdiklat BMKG ninasasmita@gmail.com