Mengenal Bencana Hidrometeorologi dalam Era Digital

Mengenal Bencana Hidrometeorologi dalam Era Digital

Secara geografis, Indonesia sebagai benua maritim yang terletak di kawasan khatulistiwa mempunyai potensi hujan sepanjang tahun dengan intensitas yang sangat bervariasi. Ada periode hujan yang sangat tinggi, tetapi ada juga periode yang kering (kurang hujan), bahkan tanpa hujan. Pada periode intensitas hujan tinggi dapat menyebabkan banjir, sementara periode kering dapat menyebabkan kekeringan.

Lilik Kurniawan, sekretaris utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2021 telah terjadi  3.092 bencana alam di Indonesia. Selanjutnya, Lilik Kurniawan  menyampaikan bahwa bencana alam yang terjadi tersebut bersifat hidrometeorologi basah, antara lain adalah banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem.

Dalam refleksi akhir tahun 2021, BNPB menyampaikan bahwa dampak bencana alam selama 2021 tercatat bahwa warga menderita dan mengungsi sebanyak 8.426.609 orang, luka-luka 14.116 orang, hilang 95 orang,  dan meninggal dunia 665 orang.

Catatan tersebut menggambarkan bahwa frekuensi bencana alam di Indonesia sangat tinggi dan jenis bencana alam hidrometeorologi menjadi catatan khusus bagi jajaran BNPB. Angka korban bencana juga menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Banyaknya korban manusia akibat bencana dapat diartikan tingkat kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam masih perlu ditingkatkan.

Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan segala aktivitas kehidupan. Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari kemajuan teknologi informasi, antara lain dalam bidang komunikasi.

Perilaku masyarakat dalam berkomunikasi menjadi makin mudah dengan adanya  media baru dalam bidang berkomunikasi, yaitu jejaring sosial. Jejaring sosial mampu membuat manusia terhubung satu sama lain dengan tanpa perlu bertatap muka. Media baru ini juga mampu menyebarluaskan informasi dengan cepat. Informasi yang  serba digital memungkinkan literasi digital sebagai salah satu alternatif dalam menyebarluaskan informasi bagi masyarakat di era disrupsi seperti sekarang.

BMKG sebagai lembaga penyedia informasi hidrometeorologi, sudah sepatutnya memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut untuk melakukan literasi dan edukasi terhadap masyarakat dalam memahami dan menindaklanjuti informasi hidrometeorologi guna antisipasi bencana hidrometeorologi.

Dalam tulisan ini, kami akan menyampaikan pemikiran tentang upaya peningkatan pemahaman masyarakat terhadap informasi hidrometeorologi. Selain itu, tulisan ini bertujuan agar masyarakat lebih mengenali bencana hidrometeorologi di Indonesia pada era serba digital.

Jenis-Jenis Bencana

Berdasarkan  Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Jika dilihat dari penyebabnya, bencana dapat dibedakan menjadi faktor alam, nonalam, dan manusia. Selanjutnya, bencana dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam. Macam-macam bencana alam antara lain adalah gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, angin topan, dan kekeringan.
  2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam. Macam-macam bencana non alam diantaranya gagal modernisasi, gagal teknologi, wabah penyakit, dan epidemi.
  3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia. Bencana sosial meliputi konflik sosial antar komunitas atau kelompok masyarakat dan teror.

Bencana hidrometeorologi masuk dalam jenis bencana alam, yaitu bencana alam akibat munculnya cuaca atau iklim ekstrem, disebut juga bencana hidroklimatologi (BMKG).

Jenis bencana hidrometeorologi di antaranya tanah longsor, banjir, banjir bandang, kekeringan, kebakaran hutan, dan lahan, angin puting beliung, Gelombang pasang atau badai, dan abrasi.

2 Karakter Bencana Hidrometeorologi

  1. Periode Musim

Berdasarkan pengetahuan umum, masyarakat Indonesia mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.

  • Musim Hujan

Giarno dkk (2012) menyampaikan bahwa BMKG menentukan awal musim hujan dengan batasan  tiga kali dasarian hujan lebih besar dan atau sama dengan 50 mm berurutan, dengan kata lain curah hujan lebih besar dan atau sama dengan 150 mm dalam sebulan. Musim hujan umumnya berlangsung antara bulan April sampai September walaupun secara parsial ada tempat-tempat yang mungkin lebih awal atau mundur. Musim hujan secara umum bersamaan dengan bertiupnya angin monsun dari Asia atau dikenal dengan angin barat.

  • Musim Kemarau

Sementara musim kemarau digunakan kriteria kebalikan dari awal musim hujan, yaitu suatu periode yang ditandai dengan jumlah curah hujan setiap bulan kurang dari 150 mm. Musim hujan umumnya berlangsung antara bulan Oktober sampai Maret, tetapi tidak semua tempat seragam waktunya, bisa jadi lebih awal atau mundur. Musim hujan secara umum bersamaan dengan bertiupnya angin monsun dari Australia atau dikenal dengan angin timur.

Walaupun BMKG hanya membagi Musim menjadi dua, yaitu musim hujan dan musim kemarau, tetapi pada tataran operasional sering disebut masa transisi, yaitu periode peralihan musim, dari musim musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya, dari musim kemarau ke musim hujan. Pada lingkungan masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa, sudah mengenal empat periode musim tersebut dengan bahasa lokal yaitu  rendeng (musim hujan), mareng (transisi musim hujan ke musim kemarau), ketigo (musim kemarau), dan labuh (transisi musim kemarau ke musim hujan)

  1. Periode Bencana

Dalam kajiannya Rosyida dkk (2019) menyampaikan bahwa beberapa jenis yang bencana yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh kedua musim ini. Dalam kajian tersebut lebih jauh dijelaskan bahwa  bencana hidrometeorologi mendominasi jenis bencana di Indonesia, yaitu 96,8 % dari 2489 kejadian bencana, sementara bencana non-hidrometeorologi hanya 3,2 %.

Berdasarkan pemahaman di atas maka periode kejadian bencana hidrometeorologi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:

  • Bencana Hidrometeorologi Basah

Bencana hidrometeorologi basah adalah bencana hidrometeorologi yang terjadi akibat adanya cuaca ekstrem, seperti hujan yang sangat lebat melebihi normalnya. Jenis bencana hidrometeorologi ini sering terjadi pada periode musim hujan. Kelompok bencana hidrometeorologi basah antara lain meliputi  banjir, tanah longsor, dan puting beliung.

  • Bencana Hidrometeorologi Kering

Bencana hidrometeorologi kering adalah bencana hidrometeorologi yang terjadi akibat kelangkaan hujan atau karena dalam kurun waktu yang lama tidak terjadi hujan yang lazim disebut akibat kemarau panjang.

Jenis bencana hidrometeorologi ini sering terjadi pada periode musim kemarau. Kelompok bencana hidrometeorologi kering, antara lain adalah  kekeringan, kebakaran hutan, kebakaran lahan.

Dengan mengenali jenis bencana dan waktu/periode kejadiannya maka kita semua diharapkan lebih siap melakukan antisipasi dan mitigasi kemungkin terjadi bencana. Lebih dari itu, kita juga diharapkan dapat menekan atau meminimalkan kerugian akibat bencana hidrometeorologi.

Info Hidrometeorologi di Jaringan Sosial

Tadjudin dkk (2022) menyatakan bahwa pengertian mitigasi bencana adalah upaya berkelanjutan yang dilakukan pada berbagai tingkat, dari tingkat perorangan (individu) sampai tingkat nasional, dalam rangka mengurangi dampak bencana.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah sosialisasi dan edukasi tentang kebencanaan untuk masyarakat. Hal ini senada disampaikan oleh (Wibowo, 2021) bahwa sosialisasi dan edukasi mengenai kebencanaan utamanya pada pengenalan identifikasi bahaya, kerentanan, risiko, dan mitigasi bencana.

Berangkat dari pengertian bahwa bencana hidrometeorologi adalah bencana akibat cuaca atau iklim ekstrem maka salah bentuk upaya mitigasi bencana hidrometeorologi adalah dengan memahami informasi cuaca dan iklim, berdasarkan jenis info hidrometeorologi dan jaringan media social.

  1. Jenis Info Hidrometeorologi

Jenis informasi hidrometeorologi yang diproduksi oleh BMKG secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu informasi cuaca dan informasi iklim.

  • Informasi Cuaca

Jenis informasi cuaca yang berhubungan dengan bencana hidrometeorologi, antara lain cuaca saat ini (nowcasting), peringatan dini cuaca yang terdiri dari prakiraan cuaca 3 jam, dan 6 jam ke depan, prakiraan cuaca harian (24 jam ke depan), prakiraan cuaca satu minggu ke depan.

  • Informasi Iklim

Menurut buku Katalog Produk Informasi Iklim dan Kualitas Udara, jenis informasi iklim yang berhubungan dengan bencana hidrometeorologi atau hidroklimatologi, antara lain prakiraan curah hujan dasarian, prakiraan curah hujan bulanan, prakiraan musim hujan, prakiraan musim kemarau, potensi banjir dasarian, potensi banjir bulanan, analisis hari tanpa hujan, indeks presipitasi terstandarisasi (indeks kekeringan).

  1. Jaringan Media Sosial

“Literasi digital lebih banyak menekankan perlunya kecakapan pengguna media digital di dalam pemanfaatan untuk informasi dalam media digital yang produktif.” (LAN, 2021).

Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam upaya penyebarluasan informasi cuaca dan iklim perlu memanfaatkan berbagai jenis media digital yang sudah banyak digunakan oleh kalangan masyarakat luas.

Dalam beberapa tahun terakhir, BMKG sebagai sumber tunggal informasi cuaca dan iklim di Indonesia telah memanfaatkan media sosial dalam rangka penyebarluasan informasi cuaca dan iklim. Media sosial tersebut di antaranya  Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp, Telegram, YouTube, website. Berbagai ragam informasi cuaca dan iklim telah disebarluaskan melalui jaringan media sosial tersebut.

Bencana hidrometeorologi menempati urutan pertama untuk bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Bencana hidrometeorologi sangat erat kaitanya dengan kejadian cuaca ekstrem dan iklim ekstrem maka untuk mitigasi bencana hidrometeorologi sangat dibutuhkan pengetahuan tentang informasi cuaca dan iklim.

BMKG memiliki produk informasi cuaca dan iklim yang sangat beragam dari rentang waktu hitungan jam hingga musim. BMKG memanfaatkan jaringan media sosial sebagai bentuk informasi digital dalam menginformasikan cuaca dan iklim. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat dengan mudah memperoleh informasi sehingga lebih siap menghadapi kemungkinan bencana hidrometeorologi.

Referensi

  1. Ainun Rosyida, R. N. (2019). Analisis Perbandingan Dampak Kejadian Bencana Hidrometeorologi dan Geofisika Dilihat Dari Jumlah Korban dan Kerusakan. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol. 10 No. 1.
  2. Amelia, R. (2021). Modul SMART ASN Untuk Pelatihan Dasar Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: LAN.
  3. BMKG. (-). Buku Saku Klimatologi , Iklim dan Cuaca Kita. Jakarta: BMKG.
  4. BMKG. (-). Katalog Produk Informasi Iklim dan Kualitas Udara. Jakarta: BMKG.
  5. Giarno, Z. L. (2012). Kajian Awal Musim Hujan, dan awal Musim Kemarau di Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, Vol.10 No. 1.
  6. Tajuddin Abdillah, R. H. (2022). Peningkatan Kapasitas Masyarakat Untuk Mitigasi Bencana Melalui Pembentukan Dusun Tangguh Bencana Demi Tercapainya SDGs Desa. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, Vol. 1 No. 1.
  7. Yunus Aris Wibowo, L. R. (2021, Januari). Membangun Masyarakat Tangguh Bencana Melalui Sosialisasi dan Edukasi Modal Sosial di Kabupaten Klaten. Abdi Geomedisains, Vol. 1 No, 2.
  8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
  9. Yanuarto, Theophilus. 2021 Catatan Refleksi Akhir Tahun Penanggulangan Bencana 2021,” BNPN. Dilihat 04 Februari 2022.<https://www.bnpb.go.id/berita/catatan-refleksi-akhir-tahun-penanggulangan-bencana-2021>
  10. Haryanti Puspa Sari, 2021, BNPB: 3.092 Bencana Alam Terjadi di Indonesia Sepanjang 2021, BNPB. Dilihat 04 Februari 2022. < https://nasional.kompas.com/read/2021/12/31/17234711/bnpb-3092-bencana-alam-terjadi-di-indonesia-sepanjang-2021.>

Widada Sulistya

Widyaiswara Ahli Utama
Pusdiklat BMKG