BANJIR, ROB, DAN GENANGAN (Penyebab, Dampak, dan Upaya Penanggulangan)

Oleh : Nurhidayat

Pendahuluan

Banjir merupakan salah satu bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di berbagai wilayah, terutama di negara beriklim tropis seperti Indonesia. Siapa yang tak pernah mendengar berita banjir melanda suatu wilayah, atau melihat banjir rob yang membanjiri jalan-jalan di wilayah pesisir, bahkan genangan kecil di depan rumah pun bisa mengganggu aktivitas harian. Bencana seperti banjir, rob, dan genangan mungkin sudah menjadi “langganan” tahunan bagi sebagian besar wilayah di Indonesia yang berdampak besar terhadap kehidupan manusia, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Namun demikian meskipun ketiganya berkaitan dengan air yang menggenangi daratan, masing-masing memiliki karakteristik, penyebab, dan dampak serta cara penanganan yang berbeda. Harapan penulis semoga tulisan ini mampu memberikan pembaca untuk mengenali lebih dekat tiga jenis bencana air ini. Dengan memahami karakteristiknya, kita dapat lebih siap menghadapi sekaligus mencegahnya bersama-sama.

Apa Itu Banjir, Rob, dan Genangan?

I. Banjir: Luapan Air dari Sungai atau Curah Hujan Ekstrem

Banjir adalah peristiwa meluapnya air ke wilayah daratan yang biasanya kering. Banjir dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap dan dapat berlangsung dalam waktu singkat maupun lama. Fenomena ini biasanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, meluapnya sungai, sistem drainase yang buruk, atau kombinasi dari beberapa faktor tersebut. Daerah yang rendah, padat bangunan, dan minim ruang terbuka hijau menjadi langganan banjir.

II. Rob: Air Laut yang Menjajah Daratan

Banjir rob adalah peristiwa masuknya air laut ke daratan akibat naiknya permukaan laut  terutama saat fase pasang maksimum, baik karena pasang, badai, maupun perubahan iklim. Banjir jenis ini sering terjadi di kawasan pesisir dan biasanya bersifat berkala, namun dalam beberapa kasus bisa menjadi permanen karena faktor lingkungan dan perubahan iklim. Berbeda dengan banjir akibat hujan atau luapan sungai, rob berasal langsung dari air laut. Kejadian ini menjadi semakin sering dan parah di kota-kota pesisir seperti Jakarta Utara, Semarang, Pekalongan, dan Tanjung Emas.

III. Genangan: Si Kecil yang Sering Diremehkan

Genangan air adalah akumulasi air yang menutup permukaan tanah dalam jumlah dan durasi tertentu, namun bersifat sementara dan tidak selalu terkait dengan banjir besar. Genangan biasanya terjadi setelah hujan deras dan air tidak segera mengalir atau meresap ke tanah, terutama di wilayah perkotaan yang sering terjadi genangan karena saluran airnya tersumbat atau tidak memadai bahkan karena banyaknya permukaan tanah kedap air seperti aspal dan beton. Meskipun sering dianggap sepele, genangan yang berulang dan meluas dapat mengganggu aktivitas harian serta menjadi pemicu masalah lingkungan dan kesehatan.

Penyebab Utama Banjir, Rob, dan Genangan Yang Harus Diwaspadai

I. Penyebab Utama Banjir

Banjir tidak terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab. Umumnya, banjir merupakan hasil dari perpaduan antara kondisi alam dan aktivitas manusia yang menyebabkan air tidak dapat mengalir atau meresap sebagaimana mestinya. Berikut ini penjelasan penyebab utamanya:

a. Curah Hujan Tinggi (Faktor Alamiah)

Curah hujan ekstrem dalam waktu singkat atau hujan terus-menerus dalam waktu lama merupakan salah satu pemicu paling umum banjir. Ketika curah hujan melebihi kapasitas tanah dan saluran air untuk menyerap atau mengalirkan air, genangan akan terjadi dan bisa berkembang menjadi banjir.

b. Daya Serap Tanah yang Rendah

Beberapa wilayah memiliki kondisi tanah yang kurang mampu menyerap air, seperti tanah liat atau lahan yang sudah jenuh air. Apalagi di kota-kota besar, permukaan tanah banyak ditutupi aspal dan beton, sehingga air hujan tidak bisa meresap dan langsung mengalir ke permukaan, menyebabkan genangan dan banjir.

c. Kerusakan dan Pendangkalan Sungai

Sungai-sungai yang mengalami pendangkalan akibat sedimentasi tidak lagi mampu menampung debit air dalam jumlah besar. Jika terjadi hujan deras, air akan meluap ke daratan. Selain itu, sungai yang menyempit akibat bangunan liar atau reklamasi juga memperparah kondisi.

d. Sistem Drainase yang Buruk

Drainase yang kecil, tersumbat, atau tidak terpelihara menjadi penyebab utama banjir, terutama di wilayah perkotaan. Sampah rumah tangga, lumpur, dan sedimen yang menyumbat aliran air membuat air hujan tidak bisa dialirkan dengan lancar ke sungai atau laut.

e. Alih Fungsi Lahan dan Deforestasi

Penebangan hutan dan perubahan kawasan resapan air menjadi area permukiman atau industri menyebabkan hilangnya fungsi alami tanah dalam menyerap air. Hutan yang seharusnya menyerap dan menahan air hujan kini digantikan oleh bangunan keras yang menyebabkan air mengalir langsung ke permukaan.

f. Pembangunan di Daerah Rawan Banjir

Pembangunan di dataran rendah, bantaran sungai, atau kawasan sempadan sungai tanpa memperhatikan aspek tata ruang dapat meningkatkan risiko banjir. Saat debit air meningkat, wilayah-wilayah ini menjadi titik awal luapan air.

g. Sampah yang Menyumbat Aliran Air

Kebiasaan membuang sampah sembarangan ke sungai, selokan, atau got mengakibatkan saluran air tersumbat. Air yang seharusnya mengalir ke saluran pembuangan justru meluap dan menyebabkan banjir.

h. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)

Di beberapa kota besar seperti Jakarta, penurunan permukaan tanah akibat pengambilan air tanah berlebihan membuat wilayah tersebut lebih rendah dari permukaan laut atau sungai, sehingga mudah tergenang dan sulit dialiri.

Penyebab utama banjir adalah hasil dari interaksi antara kondisi alam dan perilaku manusia. Meskipun kita tidak dapat mengendalikan hujan, kita bisa meminimalkan risiko banjir dengan menjaga lingkungan, memperbaiki sistem drainase, dan membangun infrastruktur yang ramah air.

II. Penyebab Utama Banjir Rob

Banjir rob adalah peristiwa masuknya air laut ke daratan yang disebabkan oleh naiknya permukaan air laut, terutama saat air pasang. Fenomena ini umum terjadi di wilayah pesisir dan semakin sering melanda kota-kota pantai seperti Jakarta Utara, Semarang, Pekalongan, dan Surabaya. Banjir rob bukan hanya fenomena alam semata, tetapi juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Berikut ini penyebab utamanya:

a. Pasang Laut (Tidal Flooding)

Naiknya permukaan air laut karena gravitasi bulan dan matahari adalah penyebab alami utama banjir rob. Ketika pasang laut mencapai titik tertinggi—terutama saat bulan purnama atau perigee (jarak terdekat bulan ke bumi)—air laut bisa meluap ke daratan, terutama di daerah pesisir yang rendah.

b. Perubahan Iklim dan Kenaikan Muka Air Laut

Pemanasan global menyebabkan es di kutub mencair dan meningkatkan volume air laut secara keseluruhan. Akibatnya, permukaan laut naik secara bertahap dari tahun ke tahun. Kenaikan ini memperbesar risiko banjir rob, terutama di kota-kota pesisir yang padat penduduk dan minim perlindungan alami.

c. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)

Kegiatan manusia seperti penyedotan air tanah secara berlebihan menyebabkan tanah di wilayah pesisir perlahan-lahan tenggelam (subsiden). Ketika muka tanah turun lebih cepat dibanding naiknya air laut, risiko rob meningkat tajam. Jakarta Utara, misalnya, mengalami penurunan tanah hingga 10–20 cm per tahun di beberapa wilayah.

d. Hilangnya Sabuk Hijau Pesisir (Mangrove dan Vegetasi Pantai)

Penggundulan mangrove untuk tambak, permukiman, atau proyek reklamasi menghilangkan pelindung alami dari gelombang laut dan pasang tinggi. Tanpa vegetasi penahan, air laut lebih mudah menerobos daratan.

e. Pembangunan di Zona Rawan Rob

Banyak wilayah pesisir yang mengalami urbanisasi tanpa memperhatikan risiko banjir rob. Pembangunan permukiman, industri, atau pelabuhan di dataran rendah yang seharusnya menjadi zona penyangga memperbesar potensi terkena rob.

f. Reklamasi dan Perubahan Garis Pantai

Kegiatan reklamasi dapat mengganggu aliran alami air laut dan mempersempit ruang pasang surut. Jika tidak dirancang dengan baik, reklamasi justru memperparah banjir rob karena menghalangi aliran air kembali ke laut.

g. Drainase Pesisir yang Tidak Memadai

Di banyak kota pesisir, sistem drainase belum dirancang untuk mengatasi kombinasi antara air hujan, pasang laut, dan intrusi air asin. Ketika air laut pasang, saluran air bisa terisi balik oleh air laut, sehingga air hujan pun tidak bisa keluar ke laut.

Banjir rob adalah hasil dari kombinasi faktor alam (pasang laut, perubahan iklim) dan faktor manusia (penurunan tanah, alih fungsi lahan, dan pembangunan pesisir yang tidak terkendali). Risiko rob semakin meningkat jika tidak ada pengelolaan pesisir yang baik, konservasi lingkungan, serta tata ruang yang adaptif terhadap perubahan iklim.

III. Penyebab Utama Genangan Air

Genangan adalah tergenangnya air di suatu permukaan daratan yang seharusnya kering, biasanya terjadi dalam skala kecil dan berlangsung sementara. Meskipun tidak sebesar banjir, genangan bisa mengganggu aktivitas harian masyarakat, merusak infrastruktur, dan menjadi sumber penyakit. Genangan sering terjadi di kawasan perkotaan maupun permukiman padat.

penyebabnya dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok besar: faktor alami dan faktor antropogenik (buatan manusia).

Penyebab Alami

a. Curah Hujan Tinggi dalam Waktu Singkat

Ketika hujan turun deras dalam waktu singkat, permukaan tanah atau infrastruktur tidak mampu menyerap air dengan cepat, sehingga terjadi genangan, terutama di tempat-tempat cekung atau datar.

b. Kondisi Geografis Cekungan atau Dataran Rendah

Daerah dengan kontur tanah cekung atau datar cenderung menjadi tempat penampungan air alami. Jika sistem pembuangan air tidak memadai, genangan mudah terjadi.

Penyebab Buatan Manusia (Antropogenik)

a. Sistem Drainase yang Tidak Memadai

Saluran air yang kecil, tersumbat, tidak terawat, atau tidak terhubung dengan saluran pembuangan utama akan menyebabkan air hujan menggenang di jalan, halaman rumah, atau permukiman.

b. Pembuangan Sampah ke Selokan atau Got

Sampah yang dibuang sembarangan ke saluran air menyumbat aliran dan menyebabkan air tertahan di permukaan, terutama saat hujan deras.

c. Minimnya Ruang Terbuka Hijau dan Resapan Air

Perkotaan dengan dominasi permukaan kedap air (seperti aspal dan beton) membuat air hujan tidak bisa meresap ke tanah dan langsung mengalir ke jalan atau selokan, sehingga menyebabkan genangan cepat terjadi.

d. Pembangunan yang Tidak Memperhatikan Tata Ruang

Pembangunan permukiman atau infrastruktur tanpa perencanaan sistem drainase yang baik atau di atas area resapan air berkontribusi besar terhadap munculnya genangan.

e. Penurunan Permukaan Tanah

Di beberapa kota, seperti Jakarta, penurunan muka tanah akibat eksploitasi air tanah membuat permukaan jalan atau lahan menjadi lebih rendah, sehingga mudah tergenang meskipun hujan tidak terlalu deras.

Upaya Penanggulangan Banjir, Rob, dan Genangan

Banjir, banjir rob, dan genangan merupakan masalah lingkungan yang sering terjadi di berbagai daerah, terutama wilayah pesisir dan perkotaan. Ketiganya memiliki karakteristik berbeda namun saling berkaitan karena sama-sama melibatkan ketidakmampuan lingkungan atau infrastruktur dalam mengelola kelebihan air. Oleh karena itu, penanganannya harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu.

Penanggulangan Banjir

Banjir terjadi akibat meluapnya air sungai atau air hujan yang tidak tertampung oleh sistem drainase dan lingkungan. Upaya penanggulangan banjir meliputi:

a. Peningkatan Infrastruktur

  • Normalisasi dan revitalisasi Sungai, agar kapasitas tampung air meningkat.
  • Pembangunan tanggul dan bendungan, untuk mengendalikan aliran air saat debit tinggi.
  • Peningkatan kapasitas drainase kota, termasuk pembangunan saluran air baru dan pelebaran saluran lama.
  • Pembuatan embung dan kolam retensi, untuk menampung air hujan berlebih.

b. Konservasi Lingkungan

  • Reboisasi dan penghijauan, untuk meningkatkan daya serap tanah.
  • Pelestarian daerah aliran sungai (DAS) agar air hujan terserap secara alami dan tidak langsung ke permukiman.

c. Manajemen Tata Ruang

  • Penataan ulang penggunaan lahan agar tidak membangun di daerah rawan banjir atau bantaran sungai.
  • Pengendalian alih fungsi lahan hijau menjadi area terbangun.

d. Pendidikan dan Partisipasi Masyarakat

  • Edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan.
  • Pelatihan kebencanaan dan evakuasi.

Penanggulangan Banjir Rob

Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh naiknya permukaan air laut, sering terjadi di wilayah pesisir, terutama saat pasang tinggi. Upaya penanganan banjir rob meliputi:

a. Pembangunan Infrastruktur Pantai

  • Pembangunan tanggul laut (sea wall) untuk menahan gelombang laut masuk ke daratan.
  • Peninggian jalan dan bangunan di daerah yang rawan rob.

b.  Rehabilitasi Ekosistem Pesisir

  • Penanaman mangrove sebagai pelindung alami pantai dari gelombang dan pasang surut.
  • Restorasi rawa dan lahan basah sebagai penampung air rob secara alami.

c. Sistem Pompa Air dan Drainase

  • Pemasangan pompa-pompa air otomatis di wilayah pesisir untuk membuang air laut yang masuk ke daratan.
  • Perbaikan saluran air yang menghubungkan daerah pesisir dengan laut agar air rob cepat surut.

d. Adaptasi Sosial dan Tata Ruang

  • Relokasi permukiman dari wilayah sangat rendah ke daerah yang lebih aman.
  • Pengaturan ulang tata kota untuk mempertimbangkan ancaman rob dalam pembangunan masa depan.

Penanggulangan Genangan

Genangan biasanya bersifat lokal dan terjadi akibat hujan atau sistem drainase yang tersumbat. Upaya penanganannya lebih bersifat teknis dan pemeliharaan rutin:

a. Pemeliharaan Rutin Drainase

  • Pembersihan saluran air secara berkala agar tidak tersumbat oleh sampah atau sedimen.
  • Perbaikan saluran air yang rusak atau terlalu kecil.

b. Peningkatan Ruang Resapan Air

  • Pembuatan sumur resapan dan biopori di rumah-rumah dan fasilitas umum.
  • Pengurangan penggunaan material kedap air (aspal, beton) dan diganti dengan paving blok berpori.

c. Pengelolaan Sampah

  • Penerapan sistem pengelolaan sampah terpadu untuk mencegah sampah masuk ke selokan.
  • Edukasi masyarakat tentang dampak membuang sampah sembarangan terhadap genangan.

d. Manajemen Pembangunan

  • Pengawasan ketat terhadap pembangunan gedung dan jalan agar tidak menutup saluran air.
  • Penyesuaian elevasi bangunan baru di area rawan genangan.

Kesimpulan

Penanggulangan banjir, rob, dan genangan memerlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pendekatannya harus terintegrasi antara:

  • Pendekatan teknis : pembangunan infrastruktur dan sistem drainase
  • Pendekatan ekologis : pelestarian alam dan pemulihan lingkungan
  • Pendekatan sosial : edukasi masyarakat dan peningkatan kesadaran kolektif
  • Pendekatan tata ruang : perencanaan wilayah yang adaptif terhadap perubahan iklim dan risiko air

Penutup

Banjir, rob, dan genangan bukanlah takdir yang harus kita terima begitu saja. Ketiganya bisa dicegah dan dikendalikan jika ada kesadaran kolektif dan tindakan nyata. Peran pemerintah memang penting, tapi perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil di rumah kita masing-masing: tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan saluran air, dan mulai peduli terhadap lingkungan.

Saatnya kita bergerak bersama menjaga bumi dari air yang berlebih. Karena air yang seharusnya menjadi sumber kehidupan, bisa berubah menjadi bencana jika tidak kita kelola dengan bijak.

Daftar Pustaka

BNPB. (2022). Portal Bencana Alam Indonesia. www.bnpb.go.id

Kementerian PUPR. (2021). Drainase Perkotaan dan Penanganan Genangan.

Mongabay Indonesia. (2023). Mengapa Rob Semakin Parah di Pesisir Utara Jawa?

Kompas.com dan Tirto.id – artikel dan liputan tentang banjir dan rob di kota besar

https://infografis.okezone.com/detail/771203/apa-perbedaan-banjir-dan-genangan-air