Belanja Masalah, Panen Solusi: STULA 2025 sebagai Laboratorium Problem Solving ASN Menuju Indonesia Emas

oleh: Imbuh Yuwono & Nurahmini


Studi Lapangan (STULA) dalam Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) selama ini dikenal sebagai kegiatan observasi dan studi banding ke instansi pelayanan publik. Fokusnya adalah meniru keberhasilan—belajar dari yang terbaik. Namun di tahun 2025, wajah STULA berubah total.

Kini, STULA bukan lagi ajang studi banding, tapi menjadi forum belanja masalah, riset langsung, dan penyampaian solusi. STULA dikonsep sebagai media problem solving nyata di lokus untuk mengembangkan kemampuan analitis, inovatif, dan advokatif peserta dalam pengawasan pelayanan publik

 

Mengapa STULA 2025 Berbeda?

Konsep Lama: “Belajar dari yang Berhasil”

Peserta hanya mengamati, mencatat, dan mengadopsi strategi sukses (best practice). Pembelajaran bersifat satu arah.

Konsep Baru: “Belanja Masalah, Menawarkan Solusi”

Peserta melakukan:

  • Identifikasi masalah pelayanan publik (diagnosis),
  • Merancang solusi inovatif (desain),
  • Menyampaikan rekomendasi langsung (advokasi) di lokus.

STULA kini berbasis pada pembelajaran kontekstual dan problem solving learning.

Pendekatan: Problem Solving Learning

Mengacu pada Bond & Bendelier (2021) dan PMBOK (Project Management Institute)

Tahapan STULA 2025:

  • Diagnosis (Belanja Masalah):

Observasi lapangan, wawancara, analisis kontekstual.

Menemukan gap layanan publik atau kelemahan sistemik.

  • Desain Solusi:

Mengembangkan strategi perbaikan berbasis inovasi ASN.

Menyusun rekomendasi perubahan berbasis data & logika.

  • Advokasi:

Menyampaikan gagasan secara sistematis kepada pihak lokus.

Memberikan impact insight agar lokus bisa mempertimbangkan solusi.

 

Perbedaan STULA Lama vs STULA 2025

 

Aspek STULA Sebelumnya STULA 2025
Metode Studi banding, observasi Problem Solving Learning
Fokus utama Mengadopsi strategi terbaik Mendiagnosis masalah dan memberi solusi
Peran peserta Penonton/penyerap Analis, Inovator, Advokator
Interaksi di lokus Menerima informasi Aktif memberi masukan dan rekomendasi
Hasil belajar Lesson learned & best practice Lesson learned berbasis solusi & advokasi
Bentuk laporan Ringkasan praktik terbaik Laporan tim, dokumentasi video, rekomendasi tertulis

Contoh Narasi Advokasi Stula

  • Peningkatan Transparansi dan Respons Layanan Melalui Dashboard Pelaporan Publik (Studi dari DPMPTSP Kota Bandung) 

“Kami mengamati bagaimana sistem dashboard layanan yang diterapkan oleh DPMPTSP Kota Bandung memberikan kejelasan kepada publik tentang status perizinan secara real time. Sistem ini tidak hanya meningkatkan transparansi, tetapi juga menciptakan akuntabilitas antar unit pelayanan. Kami memandang pendekatan ini dapat diadopsi di BMKG—terutama pada unit pelayanan data dan informasi cuaca dan iklim—untuk memberikan akses visual kepada masyarakat mengenai status permintaan layanan, serta memperkuat trust publik terhadap layanan BMKG.”

  • Budaya Pelayanan Prima Berbasis Internal Service Excellence (Studi dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta)

“Lokus STULA kami menunjukkan bahwa RSUD Dr. Moewardi menerapkan internal service charter untuk memperkuat pelayanan antar unit sebelum menyentuh pelanggan eksternal. Pendekatan ini menarik karena seringkali kendala pelayanan justru muncul dari friksi internal. Kami menyarankan agar BMKG mengadopsi nilai ini untuk memperkuat sinergi antar bidang—misalnya antara observasi, prediksi, dan pelayanan publik—agar produk informasi lebih cepat, presisi, dan koheren di mata pengguna.”

  • Digitalisasi Sistem Pengelolaan Aset dan Logistik (Studi dari PLN Distribusi Jawa Tengah dan DIY)

“Kami mencermati digitalisasi pengelolaan aset yang dilakukan oleh PLN berbasis QR dan live tracking, memungkinkan optimalisasi pemeliharaan alat dan distribusi logistik secara efisien. Dalam konteks BMKG, sistem ini bisa diterapkan untuk memonitor status peralatan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (Aloptama), sehingga proses kalibrasi dan rotasi peralatan menjadi lebih tertata dan terdokumentasi, serta dapat diakses lintas UPT secara transparan.”

  • Mekanisme Umpan Balik Cepat dan Adaptif dari Stakeholder (Studi dari Gojek – PT Goto Gojek Tokopedia Tbk)

“Salah satu praktik menarik di lokus Gojek adalah sistem umpan balik otomatis berbasis AI dan respons cepat dari layanan pelanggan. BMKG sebagai lembaga layanan publik berbasis data, sangat potensial untuk mengadopsi sistem feedback intelligence ini—khususnya untuk layanan cuaca ekstrem, sehingga pengguna seperti nelayan, petani, dan maskapai dapat memberi umpan balik langsung yang terintegrasi ke dashboard evaluasi kinerja pelayanan.”

  • Strategi Komunikasi Publik Efektif Berbasis Segmentasi Audiens (Studi dari Kementerian Pertanian – Ditjen Hortikultura.

“Kami mengamati bagaimana Kementan memetakan audiens petani berdasarkan karakteristik wilayah, jenis tanaman, dan tingkat literasi, sebelum menyusun konten edukasi. Kami merekomendasikan agar BMKG dapat mengadopsi pendekatan ini dalam menyampaikan informasi iklim dan cuaca secara segmentatif—misalnya dengan membedakan narasi untuk petani hortikultura dataran tinggi dan petani padi sawah irigasi. Dengan pendekatan ini, pesan akan lebih tepat sasaran dan mendorong perubahan perilaku yang berdampak langsung.”

Ciri-ciri Naskah Advokasi yang Baik dari Contoh di Atas:

  1. Dimulai dengan apresiasi atau pengamatan obyektif.
  2. Fokus pada praktik yang berhasil dan relevansi dengan tugas BMKG.
  3. Bahas solusi, bukan hanya masalah.
  4. Gunakan bahasa netral, profesional, dan tidak menyudutkan lokus.
  5. Tawarkan adopsi/adaptasi, bukan perbandingan kasar.

 

Kesimpulan

STULA PKP 2025 bukan sekadar studi banding, tetapi transformasi pembelajaran menjadi ruang nyata penerapan kecakapan pengawasan.

Melalui kegiatan belanja masalah, peserta tak hanya belajar, tetapi berkontribusi nyata pada perbaikan pelayanan publik. Meski dilakukan secara daring, semangat problem solving tetap menjadi inti dari pembelajaran ini

 

Saran untuk Narasi Diagnosa yang Tajam dan Terarah:

  • Gunakan Pendekatan “Curiosity, not Judgment”

Hindari bertanya seolah menyudutkan. Bangun rasa ingin tahu berbasis data atau fenomena, misalnya:

Alih-alih: “Kenapa pelayanan lokus lambat dan tidak ramah?”
Lebih baik:

“Apa tantangan utama yang sering dihadapi frontliner saat volume layanan meningkat drastis?”

  • Gunakan Narasi Fungsional, Bukan Struktural

Fokus pada proses dan output, bukan pada posisi atau pribadi. Contoh:

“Bagaimana proses evaluasi kinerja dilakukan terhadap unit pelaksana harian?”

“Apakah ada SOP yang digunakan saat terjadi lonjakan permintaan layanan, dan bagaimana tingkat kepatuhannya?”

  • Manfaatkan Bahasa Data dan Outcome

Tanyakan dampak atau tren, bukan asumsi.

Contoh:
“Berdasarkan tren aduan pelanggan, bagian mana yang paling sering menjadi titik stagnasi proses layanan, dan bagaimana unit menangani aduan tersebut?”

  • Gunakan Teknik 5 Why dan Parafrasa

Gali akar masalah dengan teknik “5 Kenapa” secara berlapis.

Parafrase jawaban sebelumnya agar terasa dialogis, bukan interogatif.

Saran untuk Narasi Advokasi yang Elegan dan Berwibawa (Namun Tetap Tajam):

  • Gunakan “Bahasa Kolaboratif”

Bingkai solusi sebagai upaya bersama, bukan kritik.

Contoh:
“Kami melihat peluang perbaikan yang luar biasa di bagian ini, dan kami mencoba menyusun rekomendasi yang mungkin bisa menjadi opsi untuk mempertajam kecepatan pelayanan.”

  • Sisipkan “Framing Apresiatif” di Awal

Mulailah dengan mengapresiasi capaian atau keunikan lokus:

“Setelah kami pelajari, praktik transparansi laporan keuangan lokus ini sangat inspiratif dan layak menjadi contoh. Namun, ada ruang potensial untuk memperkuat sisi akuntabilitas ke publik yang kami identifikasi dari hasil observasi…”

  • Gunakan Bahasa Solusi, Bukan Bahasa Masalah

Fokus pada apa yang bisa ditingkatkan, bukan pada apa yang salah.

“Kami menyarankan pendekatan digitalisasi alur layanan agar waktu tunggu dapat ditekan, khususnya di jam-jam sibuk. Hal ini bisa mengurangi potensi overload frontliner yang sebelumnya kami amati.”

  • Gunakan Kalimat “Tawaran”, Bukan “Tudingan”

Hindari: “Lokus ini belum transparan dalam layanan…”

Gunakan: “Kami mengusulkan alternatif mekanisme pelaporan publik yang bisa memperkuat transparansi layanan yang telah berjalan.”

Ingat bahwa esensi STULA 2025 adalah advokasi berbasis solusi. Jadi peserta harus punya gaya komunikasi yang kritis namun konstruktif, tegas namun tidak ofensif, intelektual namun membumi. Latih diri dalam simulasi: buat daftar pertanyaan uji sensitivitas, lalu uji pada rekan/coach untuk menyaring nada, intensi, dan persepsi.

 “Diagnosalah dengan kepala dingin, advokasilah dengan hati hangat, dan rumuskan solusi dengan nalar tajam.”

Daftar Pustaka

  1. Lembaga Administrasi Negara (LAN RI). (2025). Pedoman Pelaksanaan Studi Lapangan (STULA) PKP Tahun 2025: Belanja Masalah, Diagnosa, dan Advokasi Solusi. Jakarta: LAN RI.
  2. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB). (2023). PermenPANRB Nomor 3 Tahun 2023 tentang Manajemen Talenta ASN. Jakarta: KemenPAN-RB.
  3. Project Management Institute (PMI). (2021). PMBOK® Guide – Seventh Edition: A Guide to the Project Management Body of Knowledge. Newtown Square, PA: PMI.
  4. OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). (2023). Innovation Skills and Leadership in the Public Sector: Shaping Smart and Resilient Institutions. Paris: OECD Publishing.
  5. Bond, M. A., & Bendelier, S. (2022). Problem Solving in Complex Systems: From Diagnosis to Strategic Advocacy. London: Routledge.
  6. UNDP Indonesia. (2023). Transforming Governance: Collaborative Leadership and Public Service Innovation in Indonesia. Jakarta: UNDP.
  7. LAN RI. (2024). Modul Pembelajaran PKP: Kepemimpinan Pengawasan, Digital Literacy, dan Pelayanan Publik Adaptif. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
  8. Bevan, N., & Sharon, T. (2022). User-Centered Field Research in Government Services: New Approaches for Better Policy Insight. New York: Public Service Press.