Pendahuluan
Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang kerap menempatkan keberhasilan dalam ukuran materi dan popularitas, kisah hidup dr. Handojo Tjandrakusuma muncul sebagai suara lembut namun kuat tentang makna sejati dari keberhasilan: pelayanan tanpa pamrih. Buku berjudul Kehidupan dan Karya dr. Handojo Tjandrakusuma: The Sociopreneur membawa pembaca menyelami perjalanan seorang dokter yang mendedikasikan hidupnya bagi kaum disabilitas, kaum marjinal, dan mereka yang kerap terabaikan.
Artikel ini berusaha mengangkat kembali nilai-nilai luhur dari sosok dr. Handojo, bukan sekadar sebagai biografi tokoh, tetapi sebagai refleksi tentang bagaimana satu individu dengan semangat sociopreneurship mampu mengubah wajah pelayanan sosial di Indonesia. Dalam kisah ini, kita diajak menyadari bahwa membangun bukan selalu berarti mendirikan gedung tinggi atau bisnis besar, tetapi bisa dimulai dengan kasih yang bekerja.
“Kita tidak butuh banyak bicara untuk mengubah dunia. Kita butuh hati yang siap bekerja.” – dr. Handojo
Latar Belakang dan Kehidupan Awal
Dr. Handojo lahir dalam keluarga sederhana yang menanamkan nilai kepedulian sejak dini. Sejak muda, ia menunjukkan ketertarikan pada dunia medis, namun lebih dari itu, ia memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang lain. Ketika menjadi dokter, ia tidak sekadar memeriksa pasien, tetapi melihat manusia secara utuh. Perjumpaannya dengan anak-anak penyandang disabilitas menjadi titik balik dalam hidupnya.
Ia melihat bagaimana masyarakat kerap meminggirkan mereka, bukan karena jahat, tapi karena tidak tahu harus berbuat apa. Dari sanalah tumbuh tekad dalam dirinya: menjembatani yang kuat dan yang lemah, yang mampu dan yang tidak, bukan dengan belas kasihan semata, tapi dengan sistem yang membuat semua bisa terlibat.
Membangun Jalan Sociopreneurship
Membangun sociopreneurship bukan perkara mudah, apalagi jika itu dimulai dari komunitas yang terpinggirkan. Namun itulah jalur yang dipilih dr. Handojo. Ia memulai dari hal kecil: pelayanan satu per satu, mengajak masyarakat sekitar, dan mengubah cara pandang. Ia percaya bahwa kepercayaan masyarakat adalah fondasi paling kokoh untuk membangun pelayanan sosial.
“Saya tidak tahu harus mulai dari mana, tapi saya tahu saya tidak bisa tinggal diam.” – dr. Handojo
Yayasan Bhakti Luhur bermula dari sebuah rumah kecil dan beberapa anak disabilitas yang ia rawat bersama para suster. Dari tempat yang sangat sederhana itu, pelayanan pun berkembang. Ia melihat bahwa kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya soal makanan atau obat-obatan, tetapi juga kasih, pendidikan, pelatihan, dan penerimaan sosial.
Dengan semangat melayani dan manajemen sosial yang bertumbuh dari pengalaman langsung, dr. Handojo membangun sistem pelayanan yang bersifat menyeluruh. Ia mendirikan unit-unit pelayanan terpadu: mulai dari panti, sekolah luar biasa, hingga pelatihan keterampilan kerja. Semua itu disusun bukan dengan konsep investor dan keuntungan, tetapi dengan semangat solidaritas dan keberlanjutan.
Ia kemudian meresmikan Yayasan Bhakti Luhur sebagai lembaga legal, tetapi tetap membangun kultur organisasi berbasis cinta kasih dan kesederhanaan. Prinsip utamanya adalah: setiap orang bisa terlibat, asal punya hati yang mau melayani.
Dengan moto “Melayani yang paling miskin di antara yang miskin”, yayasan ini berkembang bukan dengan modal uang, tetapi dengan kekuatan spiritual, jejaring relawan, dan kesabaran. Dalam waktu empat dekade, Bhakti Luhur tumbuh hingga memiliki lebih dari 80 cabang di seluruh Indonesia, bahkan di Timor Leste dan Filipina.
Mengelola dengan Jiwa Wirausaha Sosial
Dalam perjalanannya mengelola yayasan, dr. Handojo menunjukkan kemampuan luar biasa dalam membangun sistem manajemen sosial yang berakar pada prinsip kewirausahaan sosial. Ia memahami bahwa untuk menjaga keberlanjutan pelayanan, dibutuhkan strategi manajemen yang efisien namun tetap memanusiakan.
Beberapa unit di bawah Bhakti Luhur — seperti pusat pelatihan keterampilan, produksi kerajinan tangan, hingga koperasi komunitas — dijalankan dengan pendekatan bisnis sosial: hasil produksinya dijual untuk membiayai operasional dan mendukung program sosial lainnya. Ia mendorong pengelolaan aset yayasan secara produktif dan transparan, serta membentuk tim manajerial yang profesional meski berasal dari lingkungan relawan dan rohaniawan.
Model ini membuat yayasan tidak bergantung sepenuhnya pada donatur, tetapi mampu membiayai sebagian besar programnya dari pendapatan usaha sosial internal. Dengan kata lain, pelayanan berjalan seiring dengan pemberdayaan.
“Pelayanan bukan berarti bergantung pada bantuan selamanya. Kita harus belajar menciptakan nilai, supaya bisa memberi lebih banyak.” – dr. Handojo
Ia juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak: kampus, perusahaan, gereja, dan komunitas, tidak hanya untuk mendapatkan bantuan, tapi untuk membangun kolaborasi yang setara. Ia percaya bahwa perubahan sosial adalah kerja bersama.
Kepemimpinan yang Melayani
Sebagai pemimpin, dr. Handojo lebih memilih turun langsung ke lapangan dibanding mengatur dari balik meja. Ia hadir dalam kesunyian penderitaan mereka yang dilupakan. Ia menjalin relasi, bukan hanya memberi perintah. Ia percaya bahwa kepercayaan muncul bukan karena posisi, tapi karena kehadiran.
Dalam pelayanannya, ia membangun struktur yang mendidik orang untuk ikut ambil bagian. Relawan dilatih bukan hanya untuk membantu, tapi untuk memahami, menerima, dan tumbuh bersama. Ia menjadikan Yayasan Bhakti Luhur bukan sekadar institusi sosial, tetapi sebagai tempat bertumbuhnya jiwa-jiwa peduli.
“Pemimpin sejati bukan yang dilayani, tetapi yang melayani tanpa henti.” – kutipan internal buku
Dampak dan Relevansi bagi Generasi Kini
Warisan dr. Handojo kini tersebar di berbagai kota. Ada panti asuhan, sekolah luar biasa, klinik kesehatan komunitas, hingga jaringan relawan yang bekerja lintas budaya dan agama. Namun dampak terbesarnya bukan hanya jumlah lembaga, melainkan perubahan cara pandang terhadap mereka yang disabilitas sebagai pribadi yang utuh dan bermartabat.
Dalam konteks Indonesia 2025, di mana tantangan sosial semakin kompleks, pendekatan seperti yang dibangun dr. Handojo menjadi sangat relevan. Kita butuh lebih banyak model seperti ini: pelayanan yang terintegrasi, inovatif, dan mampu berdiri di luar sistem formal.
Bagi generasi muda, kisah ini adalah cermin bahwa perubahan tidak butuh gelar tinggi atau modal besar. Yang dibutuhkan adalah hati yang peka, komitmen jangka panjang, dan keberanian untuk mulai dari yang kecil.
Langkah-Langkah Nyata Menjadi Sociopreneur ala dr. Handojo
Agar warisan nilai dari dr. Handojo tidak berhenti sebagai inspirasi, berikut beberapa langkah konkret yang dapat diambil oleh siapa pun yang ingin mengikuti jejaknya:
- Mulai dari Lingkungan Sekitar – Amati kebutuhan sosial terdekat: anak jalanan, difabel, lansia, atau lingkungan yang terabaikan. Aksi kecil yang konsisten lebih berarti daripada wacana besar tanpa langkah.
- Gabungkan Niat Baik dan Manajemen – Pelayanan sosial yang efektif butuh perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi. Belajar dasar-dasar manajemen sosial akan membantu program berjalan berkelanjutan.
- Bentuk Tim dengan Nilai yang Sama – Carilah orang-orang yang sevisi. Dalam pengalaman dr. Handojo, para suster dan relawan menjadi kekuatan utama karena mereka digerakkan oleh nilai kasih dan pengabdian.
- Bangun Usaha Sosial Sederhana – Buat produk lokal bersama komunitas: makanan rumahan, kerajinan tangan, jasa. Gunakan hasilnya untuk mendukung kebutuhan sosial kelompok yang dibina.
- Bermitra dan Berjejaring – Kolaborasi dengan sekolah, kampus, lembaga agama, atau komunitas lain akan memperluas jangkauan dan memperkuat daya tahan pelayanan.
- Latih Kepemimpinan yang Melayani – Jangan hanya mengatur, tapi hadir, mendengar, dan menyatu dengan komunitas yang dilayani. Keteladanan akan memperkuat kepercayaan.
“Langkah kecilmu bisa menjadi jawaban besar bagi orang lain.” – dr. Handojo
Penutup
Buku Kehidupan dan Karya dr. Handojo Tjandrakusuma adalah lebih dari sekadar kisah hidup. Ia adalah undangan untuk merenung, meneladani, dan bertindak. Ia mengajarkan bahwa dunia ini berubah bukan karena proyek besar semata, tetapi karena ada orang-orang yang memilih untuk tidak tinggal diam.
- Handojo telah wafat pada 7 Februari 2021, namun warisannya hidup dalam senyum anak-anak di Panti Bhakti Luhur, dalam doa para suster dan frater ALMA, dan dalam hati setiap relawan yang pernah disentuh olehnya. Ia membuktikan bahwa menjadi dokter tidak hanya menyembuhkan luka fisik, tetapi juga merangkul jiwa yang hancur.
Di balik kerendahan hatinya, dr. Handojo menyimpan satu pesan kuat: bahwa setiap orang bisa menjadi alat kasih yang bekerja. Dan dari sanalah, perubahan bermula. Bahwa sociopreneur sejati bukanlah mereka yang membangun kekuasaan sosial, tetapi mereka yang menghidupkan harapan di tengah keterbatasan.
Daftar Pustaka
Bhakti Luhur. (n.d.). Tentang Kami. Diakses dari https://bhaktiluhur.or.id/
Esther Idayanti. (2022). Kehidupan dan Karya dr. Handojo Tjandrakusuma: The Sociopreneur. Malang: Yayasan Bhakti Luhur.
