Implementasi Social Entrepreneurship pada Program Pelatihan Internasional PPSDM MKG

Khafid Rizki Pratama1, Ratih Prasetya2

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

 

  • PENDAHULUAN

Percepatan perubahan iklim dan meningkatnya intensitas bencana hidrometeorologi telah memunculkan tantangan baru dalam penguatan ketangguhan masyarakat global. Negara-negara berkembang, termasuk kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, menghadapi keterbatasan dalam hal akses teknologi, kualitas sumber daya manusia, dan sistem peringatan dini yang andal. Untuk menjawab tantangan tersebut, pengembangan kapasitas melalui program pelatihan internasional menjadi instrumen penting dalam mendukung pengurangan risiko bencana, adaptasi perubahan iklim, dan peningkatan kualitas layanan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (MKG). Dalam konteks ini, social entrepreneurship muncul sebagai pendekatan strategis yang menghubungkan inovasi, kepemimpinan, dan kepekaan sosial dalam pengelolaan pengetahuan dan teknologi. Pendekatan ini menempatkan peserta pelatihan tidak hanya sebagai penerima pengetahuan, tetapi sebagai agen perubahan (change agents) yang mampu merancang dan mengimplementasikan solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi komunitas mereka. Dengan demikian, social entrepreneurship berfungsi sebagai pengungkit dalam menjembatani kesenjangan antara kapasitas teknis dan kebutuhan sosial di tingkat akar rumput. 

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (PPSDM MKG) sebagai lembaga pelatihan nasional Indonesia yang juga terdaftar sebagai Regional Training Centre (RTC) untuk World Meteorological Organization (WMO) Regional Association V (Southwest Pacific), Specialized Training Centre (STC) Ocean Teacher Global Academy (OTGA) untuk pelatihan Tsunami dan Meteorologi Maritim serta Virtual Laboratory Centre of Excellence (CoE) for Education and Training in Satellite Meteorology (Vlab CoE).  

Merujuk pada ketiga peranan tersebut, PPSDM MKG BMKG memiliki kontribusi strategis dalam mendukung tujuan WMO untuk peningkatan kapasitas kelembagaan dan individu di bidang MKG baik di wilayah RA V maupun global (melalui STC OTGA). WMO dalam Capacity Development Strategy (WMO-No. 1205) menekankan pentingnya competency-based training dan pembentukan jejaring pembelajaran kolaboratif yang mengarah pada peningkatan keberlanjutan layanan nasional MKG (WMO, 2019). Selain itu, WMO Global Campus Initiative dan WMO Education and Training Programme (ETRP), sebagaimana dijelaskan dalam Annexes of the WMO Manual on the Implementation of Education and Training Standards (WMO-No. 1083), mendorong adopsi nilai-nilai transformatif seperti kepemimpinan sosial, etika profesi, dan inovasi lokal dalam skema pelatihan. 

Implementasi social entrepreneurship dalam program pelatihan internasional PPSDM MKG mampu memperluas hasil pelatihan ke arah yang lebih berdampak secara sosial. Integrasi ini dilakukan melalui modul pelatihan yang tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga membekali peserta dengan kemampuan merancang proyek komunitas berbasis data dan informasi MKG yang berorientasi pada pemberdayaan, keberlanjutan, dan kolaborasi lintas sektor. Pendekatan ini juga sejalan dengan tujuan global dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs), khususnya SDG 13 (penanganan perubahan iklim), SDG 11 (kota dan komunitas yang berkelanjutan), dan SDG 17 (kemitraan global). Social Entrepreneurship menjadi komponen penting dalam pelatihan internasional yang diselenggarakan PPSDM MKG, bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi sebagai kerangka strategis untuk memastikan bahwa hasil pelatihan benar-benar mampu mendorong transformasi sosial dan penguatan ketangguhan masyarakat berbasis ilmu MKG di tingkat lokal, nasional, dan regional. Namun semua itu tidak terlepas dari komponen yang sangat penting dan krusial yaitu pembiayaan selama kegiatan berlangsung. 

Secara umum, terdapat dua skema pembiayaan yang dapat diterapkan dalam program pelatihan, yaitu fully funded dan partial funded. Masing-masing skema memiliki keunggulan, tantangan, dan implikasi kebijakan tersendiri yang perlu dianalisis secara komprehensif agar penyelenggaraan pelatihan tetap inklusif, efektif, dan berkelanjutan. 

  • Skema Pelatihan dan Dukungan untuk Mewujudkan Implementasi Social Entrepreneurship

Dalam pelaksanaan program pelatihan atau kerja sama internasional, terdapat beragam kontribusi melalui perencanaan bersama dengan melibatkan pihak ketiga (co-design). Pendekatan ini tidak hanya penting untuk membangun kolaborasi yang berkelanjutan dengan lembaga donor dan mitra internasional, tetapi juga relevan dengan prinsip socio-entrepreneurship, yaitu mengintegrasikan inovasi sosial, dampak komunitas, dan keberlanjutan finansial dalam perencanaan program. Berdasarkan pengalaman dari PPSDM, terdapat dua skema utama dalam mendapatkan dukungan pendanaan dan melaksanakan kegiatan pelatihan internasional. 

Skema pertama adalah pembiayaan penuh (fully funded) oleh pihak penggagas atau donor, seperti yang dilakukan oleh Korea International Cooperation Agency (KOICA) pada tahun 2019 melalui pelatihan Information Communication and Technology (ICT) on Numerical Weather Prediction (NWP). Dalam skema ini, institusi penerima cukup mengikuti proses administratif tanpa perlu mengajukan proposal. Perencanaan pelatihan termasuk diantaranya kurikulum, pengajar dan materi pembelajaran disiapkan oleh pihak donor dengan PPSDM MKG BMKG sebagai penyelenggara saja. Model pelatihan bersifat inklusif dan berkelanjutan, dimana telah diselenggarakan pelatihan fase pertama di negara donor pada tahun sebelumnya (2018). 

Skema kedua adalah pendanaan partial funded berdasarkan peluang yang ditawarkan lembaga internasional, seperti WMO, UNEP, atau OceanTeacher Global Academy (OTGA), yang biasanya dilakukan melalui kerja sama kelembagaan atau pengajuan proposal sesuai kerangka kerja sama yang telah disepakati dimana terdapat in-kind contribution sumber daya dari PPSDM MKG BMKG dalam hal penyediaan pengajar, panitia penyelenggara dan training venue. Penyelenggaraan pelatihan dengan skema ini memerlukan perencanaan menyeluruh yang dilakukan oleh PPSDM MKG BMKG melalui penyusunan dan pengajuan proposal sebelum perjanjian kerja sama sebelumnya ditandatangani oleh pejabat berwenang di lembaga donor dan BMKG. Proposal pelatihan yang diajukan terdiri atas kebutuhan tema pelatihan untuk negara-negara yang disasar menjadi peserta (RAV – Southwest Pacific), kurikulum pelatihan dan materi pembelajaran yang detail mengacu pada level pembelajaran di Taxonomy Bloom, metode penyelenggaraan pelatihan dengan pendekatan Kirkpatrick Evaluation Model (Gambar 1). 

Tabel I. Jenis Kegiatan Pelatihan Internasional dengan skema Fully Funded dan Partial Funded oleh lembaga donor yang telah dan akan diselenggarakan PPSDM MKG

SKEMA
Fully Funded Partial Funded
ICT on NWP KOICA 2019 IOC/OTGA/WMO/BMKG: Training Course on the Implementation of Satellite Altimetry Data for Operational Metocean Services: Wave Height and Sea Surface Height
United Nations Environment Organization (UNEP-BMKG) untuk pengembangan kapasitas pengamatan meteorologi di Timor Leste, since 2023 – 2027 melalui pelatihan, in-house training, on the job training, expert visit dll.  Data Buoy Cooperation Panel (DBCP) Training Workshop 2024
South-South and Triangular

 Cooperation (SSTC) Program on Climate Services for Food, Energy, Water, and

 Health (FEWH) Sectors to Close the Early Warning Gap in Climate Resilience – Colombo Plan 2025

Group Fellowship Training Course on Numerical Weather Prediction (NWP):

1st Phase 2021, online

 2nd Phase 2022, klasikal di Citeko & Jakarta

The  WMO Development Of Competency In Weather Forecasting Course 2023, Klasikal Di Citeko
Pelatihan WMO Marine Services Course Phase II for Southeast Asia 1st Phase 2025, online

 2nd Phase 2026, klasikal di Citeko

Jenis aktivitas pembelajaran dan evaluasi pelatihan yang mengacu pada kedua skema tersebut memiliki tantangan besar, terutama jika belum memiliki jejaring internasional yang kuat, seperti yang terlihat pada beberapa program yang gagal memperoleh pendanaan. Namun, melalui lensa social-entrepreneurship, peluang keberhasilan dapat ditingkatkan dengan membangun jejaring lintas sektor, memberdayakan komunitas sejak awal, dan menyelaraskan kegiatan dengan kebutuhan nyata di lapangan. Pendekatan ini mendorong agar pelatihan tidak hanya menjadi kegiatan seremonial, tetapi juga menciptakan nilai sosial, memperkuat kapasitas lokal, serta memperluas dampak program secara berkelanjutan .

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Pelatihan Internasional Berbasis Co-Design dan Socio-Entrepreneurship di PPSDM.

Selanjutnya, keberhasilan pengajuan proposal tidak hanya ditentukan oleh substansi materi pembelajaran, tetapi juga oleh faktor strategis seperti jejaring, relevansi dengan prioritas donor, dan kredibilitas lembaga. 

Gambar 2. Beberapa kegiatan pelatihan internasional yang telah dilakukan oleh PPSDM dengan skema pendanaan oleh lembaga donor 

Berbagai program pelatihan juga telah dilaksanakan dengan pendekatan hybrid (kombinasi online dan klasikal) seperti yang terlihat pada Gambar 2 dan Tabel 1. Sebagai contoh yaitu pelatihan Group Fellowship Training Course on Numerical Weather Prediction (NWP) 2nd Phase 2022 dari WMO (online dan klasikal di Citeko dan Jakarta). Pelatihan ini merupakan bentuk kerja sama antara BMKG InaRTC dengan Education and Training Program dari World Meteorological Organization (ETRP WMO). Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam penerapan Numerical Weather Prediction, khususnya dalam penggunaan sistem pemodelan WRF untuk mendukung prakiraan cuaca ekstrem. Pembukaan resmi dilakukan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dan turut dihadiri pula oleh Koordinator Education and Training Programme sekaligus Direktur WMO, Paul Bugeac. Pelatihan ini diikuti oleh peserta dari 12 negara, yaitu Brunei Darussalam, Fiji, Indonesia, Pantai Gading, Kiribati, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, Timor Leste, Zimbabwe, dan Zambia.

Pelatihan internasional lainnya adalah terkait satelit kelautan (Training Course on the Implementation of Satellite Altimetry Data for Operational Metocean Services: Wave Height and Sea Surface Height) BMKG bekerja sama dengan World Meteorological Organization (WMO) dan OTGA (Ocean Teacher Global Academy) menyelenggarakan Training Course on the Implementation of Satellite Altimetry Data for Operational Metocean Services: Wave Height and Sea Surface Height. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas teknis para peserta dalam memanfaatkan data altimetri satelit untuk layanan operasional metocean, khususnya terkait tinggi gelombang laut (wave height) dan tinggi muka laut (sea surface height). Data altimetri satelit memainkan peran penting dalam mendukung sistem peringatan dini dan pemodelan oseanografi operasional yang akurat. Peserta berjumlah 11 orang yang berasal dari negara Bangladesh, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Papua New Guinea, Philippines, Sri Lanka, Timor Leste, Mozambique, Vietnam. Pelatihan tersebut menjadi wadah bagi para peserta dari berbagai negara untuk memperdalam pemahaman teknis dan aplikasi praktis data altimetri dalam mendukung pelayanan meteorologi maritim. Kolaborasi antara BMKG, WMO, dan OTGA menunjukkan komitmen global dalam memperkuat kapasitas nasional di bidang observasi dan prediksi laut. Melalui pelatihan ini, diharapkan para peserta mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh untuk meningkatkan kualitas layanan metocean di masing-masing negara, khususnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan peningkatan aktivitas kelautan.

Selain itu, sebagai bagian dari keberlanjutan program pelatihan yang telah dilaksanakan, setiap peserta didorong untuk menyusun action plan yang mencerminkan langkah strategis yang akan diambil pasca pelatihan di negara masing-masing. Penyusunan action plan juga bertujuan untuk menerjemahkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama kegiatan ke dalam rencana nyata yang dapat mendukung penguatan kapasitas negara, peningkatan sistem peringatan dini, serta perbaikan layanan cuaca di negara peserta. 

  • KESIMPULAN

Pelaksanaan program pelatihan dan kerja sama internasional oleh PPSDM mencerminkan berbagai pendekatan dalam pendanaan dan kemitraan strategis, dengan penerapan strategi co-design sebagai elemen kunci dalam membangun kolaborasi yang berkelanjutan. Pendekatan ini secara integratif mengakomodasi nilai-nilai socio-entrepreneurship, sehingga mendorong terciptanya sinergi yang berdampak dan berorientasi pada keberlanjutan.

  • REFERENSI

BMKG. (2022). Pusdiklat BMKG menggelar “Group Fellowship Training Course on Numerical Weather Prediction (NWP) 2nd Phase 2022”. https://www.bmkg.go.id/berita/utama/pusdiklat-bmkg-menggelar-group-fellowship-training-course-on-numerical-weather-prediction-nwp-2nd-phase-2022

Intergovernmental Oceanographic Commission – UNESCO. “Training Course on the Implementation of Satellite Altimetry Data for Operational Metocean Services: Wave Height and Sea Surface Height (Event 2723).” 17 September 2024, iocaribe.ioc-unesco.org/en/event/2723.

United Nations. (2015). Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development. A/RES/70/1.

WMO. (2019). WMO Capacity Development Strategy (2020–2030). WMO-No. 1205. Geneva: World Meteorological Organization.

 

WMO. (2013, updated). Manual on the Implementation of Education and Training Standards in Meteorology and Hydrology: Volume I – Meteorology. WMO-No. 1083. Geneva: World Meteorological Organization.

 

WMO. (2020). WMO Global Campus: Enhancing Collaboration in Education and Training. Retrieved from https://community.wmo.int/activity-areas/education-and-training/global-campus

WMO. (2023). MeteoWorld No. 1 – March 2023: The future of weather, climate and water across generations. https://public.wmo.int/en/resources/meteoworld