oleh: Imbuh Yuwono
Reformulasi Aksi Perubahan dalam Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) tahun 2025 di lingkungan BMKG menandai babak baru transformasi birokrasi yang lebih kolaboratif, strategis, dan sistemik. Dengan mengusung tema besar “BMKG Mewujudkan Ketahanan Iklim dan Bencana Menuju Indonesia Emas, Selamat Sejahtera 2045”, setiap peserta diarahkan untuk melahirkan perubahan yang dimulai dari individu, dikembangkan ke dalam empat tema kelompok berbasis TUSI UPT (iklim untuk ketahanan pangan, ketahanan bencana hidrometeorologi, ketahanan bencana geologi, dan optimalisasi aloptama), hingga terintegrasi dalam proyek kelas.
Tulisan ini menyajikan pemetaan pendekatan baru dalam penyusunan laporan Aksi Perubahan (AP) dengan tiga level (individu–kelompok–kelas), menjelaskan keterlibatan pihak-pihak kunci (peserta, coach, mentor, dan narasumber), serta menunjukkan bagaimana pendekatan lintas level ini mencegah duplikasi ide dan mendorong kolaborasi bermakna demi mendukung Asta Cita kedua dan kedelapan Pemerintahan Prabowo–Gibran. Hasilnya diharapkan memperkuat proses bisnis BMKG menuju masyarakat tangguh iklim dan bencana dengan target zero victim.
Latar Belakang
Perubahan iklim dan potensi bencana yang meningkat menempatkan BMKG dalam posisi strategis untuk membangun ketahanan bangsa. Pada saat bersamaan, tuntutan reformasi birokrasi berbasis kinerja dan kolaborasi lintas sektor semakin tinggi.
Menjawab kebutuhan tersebut, Aksi Perubahan (AP) dalam PKP BMKG tahun 2025 tidak lagi berdiri terpisah antar individu, tetapi dijalankan secara terstruktur dan terpadu, mulai dari AP Individu, Project Kelompok, hingga Project Kelas (angkatan).
Permasalahan
- Masih banyak aksi perubahan di masa lalu yang duplikatif, tidak berkelanjutan, dan kurang terkoneksi antarunit.
- Pemanfaatan aplikasi/aplikatif dengan permasalahan yang sama namun dikembangkan terpisah oleh UPT berbeda.
- Kurangnya sistem kolaborasi dari level individu ke kelompok dan kelas.
Tema Besar dan Arah Kebijakan Nasional
Tema besar “BMKG Mewujudkan Ketahanan Iklim dan Bencana Menuju Indonesia Emas, Selamat Sejahtera 2045” selaras dengan:
- Asta Cita Kedua: SDM unggul dan iptek (inovasi dalam prediksi dan mitigasi).
- Asta Cita Kedelapan: Tata kelola pemerintahan bersih dan efektif.
Kolaborasi Multilevel
Model Aksi Perubahan digambarkan dalam segitiga sinergis
- Level 1: AP Individu → Menyelesaikan masalah spesifik di UPT (2 bulan).
- Level 2: Project Kelompok (4 Tema) → Menjahit AP individu sejalur TUSI kelompok.
- Level 3: Project Kelas → Integrasi hasil lintas tema sebagai solusi nasional BMKG.

Teknis Pelaksanaan
| Level | Output Jangka Pendek | Rencana Jangka Menengah & Panjang | Pelaporan |
| AP Individu | Implementasi 2 bulan | Replikasi di unit lain, evaluasi berkala | Laporan AP Individu sesuai jadwal |
| Proyek Kelompok | Integrasi ide se-tema | Sinergi lintas UPT, pembelajaran bersama | 1 minggu setelah Seminar Akhir |
| Proyek Kelas | Tema angkatan “Zero Victim BMKG” | Peta jalan kontribusi BMKG hingga 2045 | 2 minggu setelah Seminar Akhir |
Pihak yang terlibat
- Peserta – Penanggung jawab AP dan pelaksana perubahan.
- Coach – Pengarah teknis, memastikan konsistensi langkah.
- Mentor – Penasihat substantif dari lingkungan kerja peserta.
- Narasumber – Memberi perspektif ekternal atau teknis spesifik
Langkah Penyusunan Akper PKP 2025
Untuk memastikan bahwa seluruh proses Aksi Perubahan (AP) dalam PKP BMKG 2025 berjalan secara sistematis, terarah, dan terintegrasi, disusunlah sebuah alur kerja penyusunan AP yang mencerminkan orkestrasi dari level individu hingga level kelas angkatan. Alur ini menjadi panduan operasional sekaligus blueprint strategis untuk menjamin keterpaduan arah dan kesinambungan dampak.
Adapun Langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Tema Kelas sebagai Payung Besar: Seluruh aksi perubahan bernaung di bawah satu visi kolektif, yakni “BMKG Wujudkan Ketahanan Iklim dan Bencana Menuju Indonesia Emas, Selamat – Sejahtera”. Tema ini menjadi kerangka besar pengikat seluruh upaya transformasi peserta PKP.
- Diagnostic Reading Berbasis Kolaborasi: Peserta melakukan pembacaan mendalam terhadap isu aktual yang terjadi di BMKG melalui teknik diagnostic reading untuk menggali akar masalah utama yang terkait dengan proses bisnis di UPT masing-masing. Proses ini dilanjutkan dengan pembuatan fishbone analysis kelompok, yang kemudian menghasilkan empat isu utama sesuai TUSI: -. Kelompok I: Iklim untuk Ketahanan Pangan
-. Kelompok II: Ketahanan Bencana Hidrometeorologi
-. Kelompok III: Ketahanan Bencana Geologi
-. Kelompok IV: Optimalisasi Aloptama - Fishbone Individu sebagai Penajaman Fokus: Dari hasil fishbone kelompok, peserta mengambil satu akar penyebab utama yang paling relevan dengan kondisi UPT-nya masing-masing. Akar penyebab ini kemudian dijadikan sebagai kepala ikan dalam fishbone individu. Proses ini menjaga relevansi dan keterkaitan antara AP Individu dengan kelompoknya.
- Gagasan Kreatif Individu: Berdasarkan fishbone individu, peserta menyusun solusi berupa gagasan kreatif, yang menjadi dasar dari rancangan AP Individu. Gagasan ini harus unik, solutif, dan kontekstual dengan kondisi nyata unit kerja, serta memiliki potensi untuk direplikasi dan diintegrasikan.
- Penyusunan Laporan AP Individu: Gagasan yang telah dikembangkan kemudian dituangkan dalam laporan Aksi Perubahan Individu, yang mencakup: latar belakang, analisis masalah, solusi, rencana implementasi jangka pendek (2 bulan), serta arah jangka menengah dan panjang.
- Kompilasi Lintas Level:
– Laporan individu dikompilasi menjadi laporan kelompok.
– Laporan kelompok dijahit kembali menjadi laporan kelas (angkatan).
Alur inilah yang menjamin bahwa tidak ada upaya yang berjalan sendiri-sendiri, dan mencegah duplikasi gagasan, khususnya dalam pengembangan aplikasi dengan masalah yang sama.
Kunci dari Keberhasilan: adalah Sinergi, Bukan Duplikasi
Dengan alur yang tertata seperti ini, terdapat kejelasan relasi antara
- Individu sebagai inisiator perubahan local
- Kelompok sebagai integrator solusi sectoral
- Kelas sebagai pembawa perubahan sistemik BMKG
Ini sejalan dengan prinsip “Simultan Downline to Upline”, di mana arus ide mengalir dari bawah ke atas dan dijahit dalam satu harmoni aksi perubahan nasional. Pola ini tidak hanya efektif dalam mencapai hasil nyata, tetapi juga menumbuhkan rasa kepemilikan bersama atas arah strategis BMKG ke depan.
Inovasi Mencegah Duplikasi dan Mendorong Kolaborasi
Salah satu pendekatan penting dalam format baru ini adalah “Simultan Downline to Upline”. Artinya, setiap inovasi individu harus berkontribusi pada proyek kelompok dan akhirnya menyatu dalam proyek kelas, mencegah duplikasi aplikasi atau ide yang sama di unit kerja berbeda, terutama untuk isu sejenis.
Contoh 1:
- UPT A membuat sistem prediksi iklim tanaman hortikultura,
- UPT B hendak membuat sistem serupa,
Maka keduanya disatukan dalam kelompok “Iklim untuk Ketahanan Pangan” dan difinalisasi dalam proyek kelas agar terintegrasi dan tidak tumpang tindih.
Contoh 2:
- UPT C mengembangkan aplikasi peringatan dini banjir berbasis curah hujan ekstrem harian.
- UPT D mengembangkan sistem serupa, namun fokus pada banjir bandang akibat luapan sungai di daerah pegunungan.
Kedua inovasi ini digabung dalam kelompok “Ketahanan Bencana Hidrometeorologi”, dengan pendekatan sistem terpadu early warning berbasis spasial-temporal yang bisa direplikasi secara nasional. Proyek kelas menyatukan metodologi, platform data, dan jalur diseminasi agar tidak terjadi pengulangan fungsi atau persaingan aplikasi antar-UPT
Contoh 3:
- UPT E membuat modul edukasi gempa berbasis VR untuk sekolah-sekolah di daerah rawan.
- UPT F merancang dashboard informasi gempa mikro-lokal untuk respon cepat masyarakat.
Kedua aksi ini dikerjakan dalam kelompok “Ketahanan Bencana Geologi”. Modul edukasi dan sistem informasi real-time dijahit menjadi satu solusi edukatif sekaligus tanggap darurat. Proyek kelas menyatukan sistem edukasi + respon sebagai satu pendekatan ketangguhan masyarakat dari sisi kesiapsiagaan dan literasi bencana geologi.
Contoh 4:
- UPT G (melalui staf Tata Usaha) mengembangkan sistem monitoring inventaris dan perawatan berkala peralatan observasi (AWOS, seismograf, radar cuaca) berbasis dashboard digital untuk mencegah kerusakan alat karena keterlambatan perawatan.
- UPT H (melalui staf TU juga) mengembangkan sistem dokumentasi dan pelaporan digital penggunaan BMN serta pengajuan kebutuhan alat yang lebih cepat dan efisien.
Kedua inovasi ini memiliki irisan dalam pengelolaan dan optimalisasi peralatan utama (Aloptama). Maka, aksi keduanya dijahit dalam “Optimalisasi Aloptama”, di mana peran Tata Usaha ditekankan sebagai tulang punggung manajemen aset dan logistik teknis yang vital.
Dalam proyek kelas, sistem monitoring perawatan dan sistem pelaporan pengadaan/inventarisasi diintegrasikan menjadi satu Platform Tata Kelola Aloptama BMKG yang mendukung keandalan data, efisiensi operasional, serta kesinambungan layanan informasi iklim dan gempa.
Kesimpulan
Perubahan pendekatan Aksi Perubahan dalam PKP BMKG 2025 merupakan langkah signifikan menuju transformasi tata kelola organisasi yang lebih terarah, kolaboratif, dan berdampak nyata. Melalui sinergi antar level (individu, kelompok, dan kelas), serta dukungan penuh dari pihak-pihak terkait, BMKG menegaskan komitmennya untuk mewujudkan masyarakat tangguh iklim dan bencana, menggapai Indonesia Emas 2045 tanpa korban.
Kolaborasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan strategi dalam menghadapi tantangan iklim dan bencana yang kian kompleks. Semangat ini perlu terus dijaga, agar perubahan yang kita jahit hari ini, dapat menyulam ketangguhan bangsa esok hari.
Saran
- Pahami Visi Besar sebagai Arah Bersama
Setiap peserta perlu benar-benar memahami dan menjadikan tema besar “BMKG Wujudkan Ketahanan Iklim dan Bencana Menuju Indonesia Emas, Selamat – Sejahtera” sebagai kompas utama dalam merancang aksi perubahan. Visi ini bukan sekadar jargon, tapi landasan strategis untuk semua inovasi yang dihasilkan. - Pastikan Relevansi Aksi dengan Isu Nyata di UPT
Pilih akar masalah yang benar-benar aktual dan kritis dari fishbone kelompok, lalu kaitkan secara spesifik dengan tugas dan tanggung jawab unit kerja masing-masing. Aksi yang relevan akan memiliki daya dorong lebih kuat dan mudah diterapkan. - Hindari Duplikasi, Bangun Kolaborasi
Telusuri dengan saksama apakah gagasan Anda sudah pernah dikembangkan oleh UPT lain. Jika ya, ajak kolaborasi, jangan membuat aplikasi baru untuk masalah yang sama. Fokus pada sinergi, bukan ego sektoral. - Tulis Laporan dengan Terstruktur dan Visioner
Susun laporan aksi perubahan tidak hanya sebagai dokumen administratif, tapi sebagai dokumen strategis perubahan. Lampirkan logika berpikir (fishbone), indikator keberhasilan, dan rencana jangka menengah–panjang secara jelas. - Aktif Berkoordinasi dengan Coach, Mentor, dan Tim
Manfaatkan peran coach dan mentor bukan hanya sebagai pengawas, tapi sebagai partner berpikir. Libatkan mereka dalam diskusi gagasan agar aksi yang dihasilkan teruji dari sisi teknis dan substansi. - Berpikir Integratif Sejak Awal
Pastikan bahwa aksi individu Anda dapat dengan mudah “dijahit” ke dalam proyek kelompok, dan pada akhirnya menjadi benang penting dalam proyek kelas. Semakin terhubung aksi Anda, semakin besar dampaknya. - Dokumentasikan Proses dan Pembelajaran
Simpan jejak proses berpikir dan pelaksanaan aksi perubahan (baik yang berhasil maupun belum berhasil). Ini penting sebagai bahan refleksi dan pembelajaran lintas angkatan ke depan. - Fokus pada “Zero Victim” sebagai Ukuran Dampak
Jangan sekadar membuat program atau aplikasi baru—pastikan bahwa perubahan yang dilakukan membawa kontribusi nyata menuju ketahanan iklim dan bencana yang bermuara pada misi besar: Zero Victim.
Referensi:
-
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Dasar hukum operasional BMKG dalam memberikan informasi cuaca, iklim, dan geofisika. - Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2024 tentang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Memuat struktur organisasi baru BMKG termasuk Deputi Modifikasi Cuaca dan dukungan untuk reformasi birokrasi. - Rencana Strategis (Renstra) BMKG 2025–2029.
Dokumen visi, misi, dan program strategis BMKG yang mengarah pada ketangguhan iklim dan bencana. - Asta Cita Pemerintahan Prabowo–Gibran (2024–2029).
Khususnya Asta Cita Kedua (SDM dan IPTEK) dan Kedelapan (Tata Kelola Pemerintahan yang Baik), yang menjadi rujukan transformasi birokrasi dan layanan publik. - Permenpan RB Nomor 3 Tahun 2023 tentang Manajemen Talenta ASN.
Menjadi dasar pengembangan kompetensi ASN termasuk dalam pelatihan PKP berbasis aksi perubahan. - Kotter, J.P. (1996). Leading Change. Boston: Harvard Business Press.
Konsep 8 langkah perubahan organisasi, menjadi rujukan bagaimana perubahan tidak hanya teknis tapi juga menyangkut budaya organisasi. - Lembaga Administrasi Negara (LAN RI). (2022). Pedoman Pelaksanaan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas.
Rujukan utama dalam pelaksanaan PKP berbasis aksi perubahan, integrasi proyek individu, kelompok, dan angkatan. - UNDRR (United Nations Office for Disaster Risk Reduction). (2015). Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015–2030.
Kerangka global yang mendorong prinsip zero victim dalam penanggulangan bencana. - BNPB (2021). Rencana Induk Penanggulangan Bencana 2020–2044.
Dokumen nasional yang menekankan peran lembaga teknis (termasuk BMKG) dalam sistem peringatan dini dan pengurangan risiko bencana. - LAN (2023). Transformasi Digital Birokrasi Berbasis Nilai AKHLAK dan Government 4.0.
Sebagai referensi inovasi birokrasi melalui pendekatan digital, kolaboratif, dan terukur. - Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Dapat digunakan jika peserta menambahkan pendekatan pengumpulan data pada pelaksanaan aksi perubahan.
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
- Sosialisasi Pemetaan Sikap Perilaku dan Pengembangan Potensi Diri dan Pembimbingan bersama penyusunan AP PKP XII 2025
Mencuplik pembagian kelompok dan konsep bisnis BMKG